15 Festival Budaya Internasional yang Wajib Dikunjungi Pecinta Wisata Budaya

Kolase festival budaya internasional terbaik dunia: Festival Salju Sapporo, Día de los Muertos, Holi, Karnaval Venesia, dan Karnaval Rio

Pernahkah Anda membayangkan diri Anda berdiri di tengah hamparan patung salju raksasa yang berkilauan di bawah langit Hokkaido? Atau mungkin bergabung dengan ribuan orang berpakaian warna-warni melemparkan bubuk warna di jalanan India? Atau bahkan menyaksikan tengkorak berhias bunga marigold di bawah cahaya lilin Mexico?

Jepang, Rusia, Meksiko, Jerman, Skotlandia, Italia, Belgia, Inggris, Spanyol, Brazil, India, Indonesia, Taiwan, dan Amerika Serikat—setiap negara ini menyimpan kekayaan budaya yang luar biasa, dirayakan melalui festival-festival yang telah berlangsung selama berabad-abad. Festival budaya bukan sekadar perayaan, melainkan jendela untuk melihat ke dalam jiwa sebuah peradaban—tradisi, nilai, sejarah, dan identitas kolektif suatu bangsa.

Bagi traveler Indonesia yang ingin mengeksplorasi keindahan budaya global, artikel ini akan memandu Anda menjelajahi 15 festival budaya paling memukau di dunia. Setiap festival tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga pengalaman mendalam yang akan mengubah cara Anda memandang dunia. Dari kemegahan salju Sapporo hingga perayaan kematian penuh warna di Meksiko, dari gemerlap Diwali hingga kemeriah Karnaval Rio—festival-festival ini pantas masuk ke dalam bucket list perjalanan budaya Anda!

Mari kita jelajahi perayaan-perayaan spektakuler ini dan temukan mengapa mereka begitu istimewa bagi jutaan orang di seluruh dunia!

1. Sapporo Snow Festival, Jepang

Keajaiban Musim Dingin Negeri Sakura

Lokasi: Sapporo, Hokkaido, Jepang
Waktu Penyelenggaraan: Awal hingga pertengahan Februari (biasanya 7 hari)
Sejarah Singkat: Dimulai pada tahun 1950 ketika beberapa siswa SMA membuat enam patung salju di Odori Park, festival ini kini telah berkembang menjadi salah satu festival musim dingin terbesar di dunia.

Festival Salju Sapporo di Jepang dengan patung salju raksasa berupa kastil tradisional yang diterangi lampu warna-warni di malam hari

Bayangkan berjalan di antara 200+ patung salju dan es yang megah, beberapa setinggi gedung lima lantai, semua dipahat dengan detail menakjubkan—dari replika bangunan bersejarah hingga karakter populer. Inilah keajaiban Sapporo Snow Festival (雪まつり, Yuki Matsuri), festival salju yang telah menjadi ikon musim dingin Jepang dan dinikmati oleh lebih dari 2 juta pengunjung setiap tahunnya.

Festival ini diselenggarakan di tiga lokasi utama: Odori Park (tempat patung-patung salju dan es terbesar dipamerkan), Susukino (area yang menampilkan patung es kristal), dan Tsudome (area kegiatan bermain salju yang cocok untuk keluarga). Yang mengagumkan, salju untuk festival ini tidak diambil sembarangan—truk-truk mengangkut salju khusus dari lokasi seperti Taman Makam Takino dan Moerenuma yang memiliki kualitas salju terbaik untuk pembuatan patung.

Di malam hari, festival menjadi semakin memukau ketika patung-patung ini dihiasi lampu warna-warni (“Yuki Akari”), menciptakan pemandangan seperti negeri dongeng. Suasana festival juga semakin meriah dengan pertunjukan musik, kompetisi pembuatan patung internasional, dan tentu saja, kuliner musim dingin Hokkaido yang lezat.

Tidak Boleh Dilewatkan:

  • Patung International Snow Sculpture Contest di Odori Park
  • Ice Bar di Susukino, tempat Anda bisa menikmati minuman di gelas yang terbuat dari es murni
  • Pengalaman bermain di seluncuran salju raksasa di Tsudome
  • Mencicipi hidangan khas musim dingin Hokkaido seperti ramen Sapporo, kepiting salju (snow crab), dan sake hangat

Tips Khusus untuk Traveler Indonesia:

  • Pakai minimal 3-4 lapis pakaian karena suhu bisa mencapai -10°C atau lebih rendah
  • Selipkan kairo (penghangat instan) di sarung tangan dan kantong jaket
  • Sewa peralatan musim dingin di Sapporo untuk menghemat ruang koper
  • Kunjungi Festival pada hari kerja untuk menghindari kerumunan akhir pekan
  • Reservasi hotel minimal 3-4 bulan sebelumnya karena kamar cepat penuh

2. Gion Matsuri, Jepang

Perpaduan Sejarah, Spiritualitas, dan Seni Kyoto Kuno

Lokasi: Kyoto, Jepang
Waktu Penyelenggaraan: Seluruh bulan Juli (puncak acara 17 Juli)
Sejarah Singkat: Berasal dari tahun 869 sebagai ritual untuk mengusir wabah penyakit dan bencana, Gion Matsuri telah berlangsung hampir tanpa jeda selama lebih dari 1100 tahun.

Gion Matsuri bukanlah sekadar festival—ini adalah warisan hidup dari masa keemasan Kyoto kuno. Sebagai salah satu festival tertua dan paling dihormati di Jepang, perayaan ini memadukan ritual Shinto, kesenian tradisional, dan semangat komunal yang telah diwariskan selama berabad-abad.

Jantung dari festival ini adalah parade Yamaboko Junko pada 17 Juli, di mana kereta hias megah beroda (Hoko) dan kereta yang lebih kecil bertiang tinggi (Yama) ditarik melintasi jalan-jalan kota. Setiap kereta, beberapa setinggi 25 meter dan berat 12 ton, dihiasi dengan permadani Persia kuno, lukisan Jepang bersejarah, dan ornamen emas—beberapa di antaranya merupakan harta nasional yang hanya dikeluarkan selama festival.

Tiga malam sebelum parade utama (yoiyama), jalan-jalan Kyoto berubah menjadi pasar malam raksasa. Penduduk membuka pintu rumah tradisional mereka (machiya) untuk memamerkan harta keluarga dan altar pribadi, sementara pengunjung berjalan mengenakan yukata (kimono musim panas) sambil menikmati hidangan jalanan seperti yakitori dan amazake (minuman fermentasi beras manis).

Yang membuat Gion Matsuri begitu istimewa adalah keterlibatan masyarakat—keluarga yang sama telah berpartisipasi dalam ritual dan persiapan festival selama berabad-abad, menjaga tradisi hidup dari generasi ke generasi.

Tidak Boleh Dilewatkan:

  • Yoiyama (malam-malam sebelum parade) untuk mengalami suasana pesta jalanan autentik
  • Parade Yamaboko Junko pada 17 Juli untuk melihat kereta hias bersejarah
  • Mengunjungi machiya (rumah tradisional) terbuka dengan pameran harta keluarga
  • Mendengarkan musik Gion-bayashi—irama khas festival dari flute, drum, dan gong
  • Mencicipi kuliner khas festival seperti chimaki (kue beras berbentuk segitiga)

Tips Khusus untuk Traveler Indonesia:

  • Sewa yukata untuk pengalaman festival yang otentik (banyak toko di sekitar Stasiun Kyoto)
  • Datang minimal 2-3 jam sebelum parade untuk mendapatkan posisi yang baik
  • Hindari membawa payung besar—gunakan topi lebar atau jas hujan tipis jika hujan
  • Beli amulet festival (chimaki kecil) sebagai oleh-oleh yang bermakna
  • Reservasi akomodasi 6 bulan sebelumnya karena Kyoto sangat padat selama festival

3. White Nights Festival, Rusia

Seni dan Keajaiban di Bawah Matahari Tengah Malam

Lokasi: Saint Petersburg, Rusia
Waktu Penyelenggaraan: Pertengahan Mei hingga pertengahan Juli
Sejarah Singkat: Bermula sebagai perayaan informal fenomena alam “malam putih”, festival ini resmi dimulai pada 1993 sebagai festival seni dan budaya.

Ada kalanya di mana kegelapan malam seolah enggan menyelimuti kota—inilah fenomena “White Nights” di Saint Petersburg, ketika matahari nyaris tidak tenggelam dan langit tetap terang sepanjang malam. Dalam cahaya perak kebiruan yang mistis ini, kota Peter Yang Agung menyelenggarakan salah satu festival seni paling megah di dunia.

White Nights Festival bukanlah satu acara tunggal, melainkan rangkaian panggung budaya yang memenuhi kota selama hampir dua bulan. Dari opera dan balet kelas dunia di Theater Mariinsky, konser simfoni di Hermitage, hingga pertunjukan jalanan di sepanjang kanal-kanal kota—Saint Petersburg berubah menjadi panggung hidup yang hampir tidak pernah tidur.

Puncak dari festival ini adalah Scarlet Sails (Alye Parusa), spektakel yang menghidupkan kembali novel populer Alexander Grin. Selama acara ini, sebuah kapal dengan layar merah menyala berlayar di Sungai Neva, diiringi pertunjukan air mancur, kembang api, dan pertunjukan cahaya yang memukau. Acara yang dihadiri lebih dari 1 juta orang ini telah menjadi ritual kelulusan bagi siswa-siswi Rusia.

Yang membuat festival ini lebih istimewa adalah latar belakangnya—arsitektur Saint Petersburg yang memukau, kanal-kanal yang berkilauan memantulkan cahaya senja, dan jembatan-jembatan yang terangkat di malam hari, semuanya terbungkus dalam cahaya unik yang tidak bisa ditemukan di belahan dunia lain.

Tidak Boleh Dilewatkan:

  • Pertunjukan balet klasik di Teater Mariinsky
  • Acara Scarlet Sails pada akhir Juni (biasanya tanggal 22-23)
  • Konser klasik di museum Hermitage dan Peter and Paul Fortress
  • Tur kanal malam hari untuk melihat jembatan-jembatan terangkat
  • Berkunjung ke Istana Peterhof untuk pertunjukan air mancur yang spektakuler

Tips Khusus untuk Traveler Indonesia:

  • Ajukan visa Rusia minimal 1 bulan sebelum perjalanan
  • Bawa jaket dan syal meski di musim panas—suhu bisa turun drastis di malam hari
  • Beli tiket pertunjukan balet/opera dari situs resmi untuk menghindari calo
  • Sesuaikan jadwal tidur dengan “malam yang tidak pernah gelap”—bawa penutup mata
  • Pelajari beberapa frase dasar bahasa Rusia karena tidak banyak yang fasih berbahasa Inggris

4. Día de los Muertos, Meksiko

Merayakan Kehidupan di Tengah Peringatan Kematian

Lokasi: Seluruh Meksiko (terutama Oaxaca, Mexico City, Michoacán)
Waktu Penyelenggaraan: 1-2 November
Sejarah Singkat: Berasal dari ritual suku Aztec berusia 3.000 tahun yang kemudian berasimilasi dengan tradisi Katolik Spanyol.

Di banyak budaya, kematian adalah hal yang ditakuti dan dihindari. Tetapi di Meksiko, kematian dirayakan dengan warna-warni, musik, dan kegembiraan yang memukau. Día de los Muertos (Hari Orang Mati) adalah perayaan yang merangkul kematian sebagai bagian alami dari siklus kehidupan—bukan akhir, melainkan hanya sebuah transisi.

Selama festival ini, keluarga Meksiko percaya bahwa roh orang yang mereka cintai kembali untuk bersatu dengan keluarga selama satu hari penuh kebahagiaan. Mereka membangun altar (ofrenda) di rumah dan makam, menghiasnya dengan foto almarhum, bunga marigold oranye cerah (cempasúchil) yang aromanya dipercaya memandu jiwa kembali, makanan favorit mendiang, minuman, dan barang-barang pribadi mereka.

Ikon festival ini adalah La Catrina, sosok kerangka wanita berpakaian mewah abad ke-19 yang awalnya diciptakan sebagai sindiran politik oleh seniman José Guadalupe Posada dan kemudian dipopulerkan oleh Diego Rivera. Kini, wajah-wajah berhias lukisan tengkorak (calavera) menjadi pemandangan umum selama festival, dengan pakaian warna-warni dan mahkota bunga.

Yang membuat Día de los Muertos begitu menarik adalah perpaduan kesedihan dan kegembiraan—kesedihan akan kehilangan orang tercinta berpadu dengan kegembiraan merayakan hidup mereka. Festival ini terdaftar dalam Warisan Budaya Tak Benda UNESCO dan semakin terkenal setelah diangkat dalam film animasi populer “Coco” (2017).

Tidak Boleh Dilewatkan:

  • Grand Parade di Mexico City yang spektakuler (dimulai sejak film James Bond “Spectre”)
  • Kunjungan ke pemakaman malam hari di Oaxaca, diterangi ribuan lilin dan dihiasi bunga
  • Mencicipi Pan de Muerto (roti manis berbentuk tulang) dan calaveras de azúcar (tengkorak gula)
  • Menyaksikan persiapan altar di Patzcuaro, Michoacán
  • Workshop membuat tengkorak hiasan dari gula atau tanah liat

Tips Khusus untuk Traveler Indonesia:

  • Hormati altar keluarga—minta izin sebelum memotret
  • Bawa jaket hangat untuk malam hari, terutama di daerah dataran tinggi
  • Persiapkan diri untuk kerumunan besar di lokasi populer
  • Ikuti tur dengan pemandu lokal untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang ritual
  • Coba lukis wajah dengan motif calavera (banyak seniman jalanan menawarkan jasa ini)

5. Oktoberfest, Jerman

Perayaan Bir dan Budaya Bavaria yang Legendaris

Lokasi: Munich, Jerman
Waktu Penyelenggaraan: 16 hari dari pertengahan September hingga awal Oktober
Sejarah Singkat: Dimulai pada 12 Oktober 1810 sebagai perayaan pernikahan Putra Mahkota Ludwig dari Bavaria dengan Putri Therese, festival ini telah berlangsung selama lebih dari 200 tahun.

Jika ada satu festival yang telah menjadi sinonim dengan sebuah negara, itu adalah Oktoberfest. Lebih dari sekadar festival bir, Oktoberfest adalah perayaan budaya Bavaria yang menampilkan tradisi, kuliner, musik, dan tentu saja—bir berkualitas tinggi yang disajikan dalam gelas satu liter (Maß).

Oktoberfest berlangsung di lahan luas bernama Theresienwiese (disingkat “Wiesn” oleh penduduk lokal), di mana 14-18 tenda bir raksasa didirikan, masing-masing mampu menampung hingga 10.000 pengunjung. Setiap tenda memiliki karakteristik unik—dari Hofbräu-Festzelt yang paling populer di kalangan turis internasional hingga Augustiner-Festhalle yang lebih tradisional dan disukai penduduk lokal.

Di dalam tenda-tenda ini, orkestra tradisional Bavaria memainkan lagu-lagu populer dan prosit (toast) tradisional, sementara pelayan (dirndl untuk wanita dan lederhosen untuk pria) mengangkat hingga 10 gelas bir sekaligus. Di luar tenda, Theresienwiese dipenuhi wahana karnaval, stan makanan, dan parade budaya yang menampilkan kelompok-kelompok dari seluruh Jerman dan negara tetangga.

Yang membuat Oktoberfest begitu istimewa adalah aturan ketatnya—hanya enam brewery Munich yang diizinkan menyajikan bir, dan semua harus mematuhi Reinheitsgebot (hukum kemurnian bir Jerman) yang berasal dari tahun 1516. Bir ini khusus dibuat untuk festival, dengan kadar alkohol yang lebih tinggi dan rasa yang lebih kaya.

Tidak Boleh Dilewatkan:

  • Parade pembukaan yang dipimpin oleh Münchner Kindl (simbol kota) dan kereta kuda brewery
  • Mencicipi hidangan tradisional seperti hendl (ayam panggang), würstl (sosis), dan brezen (pretzel)
  • Menikmati permainan oompah band dan lagu-lagu tradisional seperti “Ein Prosit”
  • Mengunjungi Historical Oktoberfest (Oide Wiesn) untuk pengalaman yang lebih autentik
  • Naik Riesenrad (bianglala) untuk melihat keseluruhan festival dari ketinggian

Tips Khusus untuk Traveler Indonesia:

  • Reservasi tempat di tenda bir minimal 1 tahun sebelumnya (tidak bercanda!)
  • Datang pagi (sebelum jam 10) di hari kerja untuk mendapatkan tempat tanpa reservasi
  • Pelajari beberapa frase bahasa Jerman seperti “Prost!” (bersulang) dan “Noch ein Bier, bitte” (bir lagi, tolong)
  • Waspadai pencuri—festival sangat ramai dan menjadi target pencopet
  • Bir sangat kuat (6-7%)—konsumsi dengan bijak dan jangan lupa makan

6. Edinburgh Festival Fringe, Skotlandia

Panggung Kreativitas Terbesar di Dunia

Lokasi: Edinburgh, Skotlandia
Waktu Penyelenggaraan: Tiga minggu di bulan Agustus
Sejarah Singkat: Bermula pada tahun 1947 ketika delapan kelompok teater yang tidak diundang ke Edinburgh International Festival memutuskan untuk tampil “di pinggiran” (fringe) festival utama.

Bayangkan seluruh kota berubah menjadi panggung teater raksasa dengan 55.000+ pertunjukan di 317+ venue dalam 25 hari—dari gedung teater bergengsi hingga ruang bawah tanah, pub, bus yang dimodifikasi, dan bahkan kamar mandi. Inilah Edinburgh Festival Fringe, festival seni pertunjukan terbesar di dunia yang menjadi tempat kelahiran banyak bintang komedi, aktor, dan seniman ternama.

Yang membuat Fringe begitu istimewa adalah prinsip dasarnya: tidak ada seleksi. Siapa pun dapat tampil—dari aktor profesional hingga mahasiswa seni, dari komedian terkenal hingga penampil jalanan. Hasilnya adalah campuran menakjubkan dari teater eksperimental, komedi stand-up, sirkus, tari kontemporer, opera, musik, dan pertunjukan yang sulit dikategorikan.

Selama festival, Royal Mile—jalan utama bersejarah di Edinburgh—berubah menjadi panggung terbuka di mana ratusan seniman memberikan cuplikan pertunjukan mereka untuk menarik penonton. Sementara itu, Pleasance Courtyard dan Underbelly menjadi pusat-pusat utama festival dengan puluhan venue dalam satu area.

Fringe tidak hanya tentang hiburan—ini adalah laboratorium seni global di mana ide-ide baru diuji dan batasan-batasan ditantang. Beberapa pertunjukan paling inovatif dan berani dalam sejarah teater modern telah debut di panggung-panggung Fringe.

Tidak Boleh Dilewatkan:

  • Komedi stand-up yang merupakan jantung Fringe—cek “Best of the Fest” untuk curated shows
  • Free Fringe yang menawarkan ratusan pertunjukan gratis dengan donasi sukarela
  • Midnight shows yang mulai tengah malam dengan konten lebih dewasa dan eksperimental
  • Edinburgh Book Festival yang berlangsung bersamaan dengan Fringe
  • Pertunjukan akrobatik dan sirkus di venue-venue seperti Underbelly’s Circus Hub

Tips Khusus untuk Traveler Indonesia:

  • Beli Fringe App untuk merencanakan jadwal dan membeli tiket
  • Reservasi akomodasi 6-12 bulan sebelumnya—harga melonjak 3-4 kali lipat selama festival
  • Siapkan payung dan jaket tahan air—cuaca Edinburgh terkenal tidak menentu
  • Gunakan sistem half-price hut di Princes Street untuk tiket pertunjukan hari yang sama
  • Beli tiket “2for1” di hari-hari awal festival untuk penawaran spesial

7. Carnival of Venice, Italia

Topeng, Misteri, dan Sejarah di Kota Kanal

Lokasi: Venezia, Italia
Waktu Penyelenggaraan: Sekitar 2-3 minggu sebelum Rabu Abu (biasanya Februari)
Sejarah Singkat: Berasal dari tahun 1162 untuk merayakan kemenangan Republik Venesia, festival ini mencapai puncak popularitas di abad ke-18 sebelum dilarang oleh Raja Austria tahun 1797 dan dihidupkan kembali pada 1979.

Di kota yang seolah mengambang di air, di mana bangunan abad pertengahan dan Renaissance berdiri dengan anggun di atas kanal-kanal bergema, sebuah festival kuno membangkitkan kembali keagungan masa lalu Venesia. Carnival of Venice (Carnevale di Venezia) adalah perayaan keindahan, misteri, dan sejarah yang telah menginspirasi seniman dan penulis selama berabad-abad.

Inti dari karnaval ini adalah topeng (maschere) yang memungkinkan semua orang, tanpa memandang kelas sosial, berpartisipasi dalam kemewahan perayaan sambil menyembunyikan identitas mereka. Topeng Venesia klasik seperti Bauta (topeng putih polos dengan rahang persegi), Moretta (topeng oval hitam untuk wanita), dan Medico della Peste (topeng dokter dengan paruh panjang) memiliki sejarah dan simbolisme yang mendalam.

Sepanjang festival, Piazza San Marco menjadi panggung utama untuk kompetisi “maschera più bella” (topeng terindah), di mana peserta dari seluruh dunia memamerkan kostum historis yang rumit. Sementara itu, gondola-gondola dihiasi untuk parade kanal, istana-istana bersejarah membuka pintu untuk pesta dansa bertopeng yang mewah, dan jalan-jalan sempit Venesia dipenuhi dengan pertunjukan jalanan, musik, dan teater.

Yang membuat Carnival of Venice begitu istimewa adalah cara festival ini mengubah seluruh kota menjadi panggung teater hidup—dengan arsitektur Gotik dan Renaissance yang memukau sebagai latar belakang sempurna untuk kostum-kostum megah dari era Republik Venesia yang jaya.

Tidak Boleh Dilewatkan:

  • Volo dell’Angelo (Flight of the Angel)—upacara pembukaan di mana seorang “malaikat” meluncur dari Campanile ke Piazza San Marco
  • Festa delle Marie—rekonstruksi tradisi kuno di mana 12 gadis Venesia dipilih untuk parade
  • Concorso della Maschera più bella—kompetisi kostum dan topeng paling spektakuler
  • Pesta dansa tradisional di istana-istana bersejarah (tiket eksklusif, harus dibeli jauh-jauh hari)
  • Workshop pembuatan topeng untuk mempelajari teknik tradisional Venesia

Tips Khusus untuk Traveler Indonesia:

  • Bawa kostum atau minimal topeng dari Indonesia—menyewa di Venesia sangat mahal
  • Reservasi hotel minimal 6 bulan sebelumnya dengan harga 2-3 kali lipat dari biasanya
  • Gunakan vaporetto (bus air) untuk transportasi—lebih murah dari gondola
  • Tetap waspada terhadap pencopet yang memanfaatkan keramaian
  • Jadwalkan beberapa hari sebelum/sesudah karnaval untuk menikmati Venesia tanpa kerumunan

8. Tomorrowland Festival, Belgia

Surga Elektronik dan Keajaiban Teknologi

Lokasi: Boom, Belgia
Waktu Penyelenggaraan: Dua akhir pekan di akhir Juli
Sejarah Singkat: Dimulai tahun 2005 sebagai festival kecil dengan 9.000 pengunjung, kini menjadi festival musik elektronik terbesar di dunia dengan lebih dari 400.000 pengunjung dari 200+ negara.

Jika festival-festival lain merayakan tradisi masa lalu, Tomorrowland adalah perayaan masa depan—sebuah dunia fantasi di mana musik, teknologi, dan kreativitas bersatu menciptakan pengalaman yang hampir mistis. Di tengah hutan De Schorre, sebuah kota festival futuristik muncul setiap tahun dengan panggung-panggung raksasa berbentuk buku dongeng, gunung berapi, atau kastil melayang yang tampak seperti hologram hidup.

Inti dari Tomorrowland adalah musiknya—lebih dari 1.000 DJ dari seluruh dunia tampil di 15+ panggung selama dua akhir pekan. Dari legenda EDM seperti Tiësto, Martin Garrix, dan David Guetta hingga DJ underground dari genre techno, trance, dan house—setiap aliran musik elektronik terwakili dalam lineup yang mencengangkan.

Yang membuat Tomorrowland begitu istimewa adalah perhatian luar biasa pada detail. Setiap tahun, festival ini dibangun dengan tema baru dan narasi fantasi yang berkembang di setiap sudut area festival. Bahkan tiket masuk dikirim dalam kotak harta karun elaborat yang berbeda setiap tahunnya. Teknologi canggih seperti gelang RFID untuk pembayaran, aplikasi festival dengan fitur AR, dan efek visual menggunakan drone dan proyeksi 3D membuat pengalaman ini semakin imersif.

Festival ini juga menciptakan komunitas global yang disebut “People of Tomorrow”, dengan pengunjung dari 200+ negara yang mengibarkan bendera nasional mereka di atas bukit ikonik festival.

Tidak Boleh Dilewatkan:

  • Panggung utama (Main Stage) dengan produksi visual termegah di dunia festival
  • DreamVille—area camping khusus dengan “kota” lengkap termasuk supermarket, salon, dan bar
  • The Gathering—pre-party eksklusif untuk penghuni DreamVille pada Kamis malam
  • Pertunjukan penutup dengan kembang api dan efek visual yang legendaris
  • Panggung-panggung yang didesain oleh label musik ternama seperti Anjunabeats, Drumcode, atau Dirtybird

Tips Khusus untuk Traveler Indonesia:

  • Ikuti Global Journey Package yang mencakup transportasi, tiket festival, dan akomodasi
  • Persiapkan fisik—festival berlangsung 12+ jam sehari dengan banyak berjalan
  • Bawa poncho ringan untuk hujan mendadak yang umum di Belgia
  • Gunakan aplikasi resmi untuk membuat jadwal pribadi—tidak mungkin melihat semua pertunjukan
  • Isi ulang gelang pembayaran secara online untuk menghindari antrean di lokasi

9. Notting Hill Carnival, Inggris

Karibik di Jantung London

Lokasi: Notting Hill, London, Inggris
Waktu Penyelenggaraan: Akhir pekan bank holiday Agustus (Minggu dan Senin)
Sejarah Singkat: Berawal dari upaya komunitas imigran Karibia untuk melawan rasisme dan mempromosikan persatuan budaya pada tahun 1966, terinspirasi oleh karnaval Trinidad and Tobago.

Notting Hill yang tenang dan bergengsi berubah total selama dua hari setiap tahun, ketika beat calypso dan soca bergema di jalan-jalannya, aroma jerk chicken dan goat curry menguar di udara, dan warna-warni cerah kostum mas’ band menghiasi jalanan. Inilah Notting Hill Carnival—perayaan vibran budaya Afro-Karibia terbesar di Eropa yang dihadiri lebih dari 2 juta orang.

Carnival dimulai dengan J’Ouvert pada Minggu pagi—tradisi Trinidad di mana peserta mengoleskan cat, cokelat, atau bubuk bedak sambil menari di jalanan. Ini diikuti Children’s Day (Minggu) yang lebih tenang dan cocok untuk keluarga, kemudian puncaknya Adults’ Day (Senin) dengan parade utama yang spektakuler.

Jantung festival ini adalah mas’ band—kelompok karnaval dengan ratusan penari mengenakan kostum bertema yang dirancang selama berbulan-bulan. Mereka menari sepanjang rute 3,5 mil diiringi sound system raksasa yang memainkan musik reggae, soca, calypso, dan dancehall. Di antara mas’ band, steel band memainkan drum steel pan khas Trinidad—alat musik yang diciptakan dari drum minyak bekas.

Yang membuat Notting Hill Carnival begitu istimewa adalah sejarah sosialnya—festival ini lahir dari ketegangan rasial tahun 1950-an, menjadi simbol persatuan, toleransi, dan kekuatan komunitas yang mampu mengatasi perpecahan sosial melalui musik dan tarian.

Tidak Boleh Dilewatkan:

  • Grand Parade pada hari Senin dengan mas’ band dan float
  • Steel band pan yard untuk mendengar latihan sebelum karnaval
  • Static sound system legendaris seperti Rampage, Aba Shanti-I, dan Channel One
  • Kuliner Karibia otentik—jerk chicken, rice and peas, patties, dan rum punch
  • Panorama (kompetisi steel band) yang diadakan pada Sabtu sebelum karnaval

Tips Khusus untuk Traveler Indonesia:

  • Datang pagi (sebelum jam 11) untuk menghindari kerumunan terpadat
  • Ikuti rute karnaval berlawanan arah untuk lebih leluasa bergerak
  • Gunakan aplikasi peta karnaval resmi untuk menemukan toilet, jalur keluar, dan area istirahat
  • Kenakan sepatu nyaman dan pakaian ringan—akan banyak berjalan dan berkeringat
  • Hindari membawa tas besar—gunakan money belt atau tas kecil anti air

10. La Tomatina Festival, Spanyol

Pertempuran Tomat Paling Gila di Dunia

Lokasi: Buñol, Valencia, Spanyol
Waktu Penyelenggaraan: Rabu terakhir bulan Agustus
Sejarah Singkat: Bermula secara tidak sengaja pada tahun 1945 ketika sekelompok pemuda terlibat pertengkaran di parade kota dan mulai melempar tomat dari kios sayuran terdekat.

Keseruan festival La Tomatina di Spanyol dengan ratusan peserta saling melempar tomat di jalanan Buñol yang dipenuhi bubur tomat merah

Di kota kecil Buñol yang biasanya tenang, selama satu jam setiap tahun jalanan berubah menjadi lautan merah ketika 20.000 orang terlibat dalam pertempuran tomat terbesar di dunia. La Tomatina adalah festival yang sederhana dalam konsepnya—lempar tomat sebanyak-banyaknya—tetapi pengalaman yang dihasilkan benar-benar tidak terlupakan.

Festival dimulai secara resmi dengan “palo jabón”—tradisi memanjat tiang berlumuran sabun untuk meraih ham di puncaknya. Begitu ham berhasil diambil (atau tepat pukul 11 pagi), truk-truk berisi lebih dari 150 ton tomat matang memasuki Plaza del Pueblo, dan pertempuran selama satu jam pun dimulai.

Aturannya sederhana: remas tomat sebelum melempar untuk mengurangi dampak, jangan merobek pakaian orang lain, dan berhenti segera setelah tembakan pistol kedua terdengar. Setelah pertempuran, penduduk lokal membantu membersihkan jalan dengan menyemprotkan air dari selang rumah mereka, sementara peserta membersihkan diri di sungai Rio Buñol.

Yang membuat La Tomatina begitu unik adalah kegilaan murninya—tidak ada makna ritual atau simbolisme kompleks, hanya kesenangan murni dan kekacauan warna merah. Festival ini telah menginspirasi banyak acara serupa di seluruh dunia, tetapi tidak ada yang sebesar dan seotentik aslinya di Buñol.

Tidak Boleh Dilewatkan:

  • Palo jabón yang mengawali festival secara resmi
  • “Afterparty” di mana penduduk lokal menyemprotkan peserta dengan selang air
  • Paella party di alun-alun kota malam sebelum La Tomatina
  • Mencicipi berbagai variasi paella Valencia asli di restoran lokal
  • Wisata kebun anggur Valencia setelah festival

Tips Khusus untuk Traveler Indonesia:

  • Beli tiket resmi jauh-jauh hari—festival dibatasi hanya 20.000 peserta sejak 2013
  • Kenakan pakaian bekas yang akan dibuang setelah acara
  • Bawa kacamata renang untuk melindungi mata dari jus tomat asam
  • Simpan kamera/ponsel dalam kantong kedap air—jus tomat bisa merusak elektronik
  • Sewa tempat menginap di Valencia (45 menit dari Buñol) karena akomodasi di kota kecil sangat terbatas

11. Rio Carnival, Brazil

Pesta Terbesar di Planet Bumi

Lokasi: Rio de Janeiro, Brazil
Waktu Penyelenggaraan: Jumat hingga Rabu Sebelum Masa Prapaskah (biasanya Februari/Maret)
Sejarah Singkat: Berasal dari tradisi Katolik yang dibawa oleh penjajah Portugis pada 1640-an, bercampur dengan budaya dan ritme Afrika dari budak yang dibawa ke Brasil.

Jika ada festival yang mendefinisikan konsep “pesta besar-besaran”, itu adalah Karnaval Rio—spektakel lima hari yang menghentikan aktivitas normal kota dengan parade samba yang megah, pesta jalanan yang tidak pernah berhenti, dan kostum yang memukau. Rio Carnival bukan sekadar festival—ini adalah identitas budaya Brasil dalam bentuk paling ekspresif dan sensualnya.

Pusat karnaval adalah Sambadrome Marquês de Sapucaí—stadion 700 meter yang dirancang khusus oleh arsitek Oscar Niemeyer untuk parade kompetitif antara sekolah-sekolah samba elite Rio. Setiap sekolah, dengan 3.000-5.000 penari dan musisi, memiliki 75 menit untuk mempersembahkan pertunjukan megah dengan tema yang dikembangkan selama berbulan-bulan. Kostum berkilauan, float setinggi gedung, dan bateria (seksi perkusi) dengan 300 drummer menciptakan spektakel yang tidak tertandingi di dunia festival.

Di luar Sambadrome, ratusan blocos (pesta jalanan) berlangsung di seluruh kota—dari yang kecil dan lokal hingga yang dihadiri lebih dari 2 juta orang seperti Cordão do Bola Preta. Di sini semua orang bisa berpartisipasi—penduduk lokal dan turis bersatu, mengenakan kostum kreatif atau hanya berpakaian minim, menari samba dan funk carioca sambil menikmati caipirinha.

Yang membuat Karnaval Rio begitu istimewa adalah bagaimana festival ini menyatukan seluruh spektrum masyarakat Brasil—dari favela hingga lingkaran elit, semua berpartisipasi dalam perayaan yang egaliter dan ekspresif.

Tidak Boleh Dilewatkan:

  • Parade Grup Khusus di Sambadrome—pertunjukan paling megah dari sekolah samba terbaik
  • Bloco street party populer seperti Banda de Ipanema atau Sargento Pimenta (terinspirasi Beatles)
  • Balls mewah seperti Magic Ball di Copacabana Palace Hotel
  • Belajar langkah-langkah samba dasar di workshop pra-karnaval
  • Menikmati makanan khas karnaval seperti feijoada (hidangan kacang hitam) dan coxinha (kroket ayam)

Tips Khusus untuk Traveler Indonesia:

  • Reservasi hotel 6-12 bulan sebelumnya dengan harga 3-4 kali lipat dari biasanya
  • Beli tiket Sambadrome dari situs resmi LIESA untuk menghindari calo
  • Waspada terhadap pencopet—gunakan money belt dan tinggalkan barang berharga di hotel
  • Siapkan fisik—bloco bisa berlangsung 8+ jam di bawah panas tropis
  • Bawa air dan sunscreen—dehidrasi adalah masalah umum selama karnaval

12. Diwali, India

Festival Cahaya, Kemakmuran, dan Kemenangan Spiritual

Lokasi: Seluruh India (terutama Delhi, Jaipur, Varanasi, Amritsar)
Waktu Penyelenggaraan: Oktober/November (15 hari, dengan puncak di hari Amavasya – bulan baru)
Sejarah Singkat: Berakar dari kisah epik Ramayana yang merayakan kembalinya Dewa Rama ke Ayodhya setelah mengalahkan raja iblis Ravana, melambangkan kemenangan kebaikan atas kejahatan.

India adalah negeri yang dikenal dengan festival warna-warni, tetapi tidak ada yang menyaingi kemegahan Diwali—festival yang menerangi seluruh subkontinen dengan jutaan lampu kecil (diya), menciptakan lautan cahaya yang dapat dilihat bahkan dari luar angkasa. Dirayakan oleh Hindu, Sikh, Jain, dan beberapa komunitas Buddha, Diwali adalah perayaan yang menyatukan seluruh India dalam semangat kebahagiaan dan pembaruan spiritual.

Persiapan dimulai berminggu-minggu sebelumnya—rumah dibersihkan secara menyeluruh, dihias dengan rangoli (pola berwarna di lantai), dan diisi dengan bunga marigold yang harum. Pada malam Diwali, keluarga mengenakan pakaian baru, melakukan puja (ritual doa) untuk Dewi Lakshmi (dewi kemakmuran), menyalakan diya di setiap sudut rumah, dan mengadakan pesta dengan makanan manis seperti ladoo, barfi, dan jalebi.

Setelah puja, langit India dipenuhi dengan kembang api dan petasan—tradisi yang dipercaya mengusir roh jahat dan menyambut keberuntungan. Di kota-kota besar, pertunjukan cahaya yang dikoordinasikan dan drone light shows semakin populer sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Yang membuat Diwali begitu istimewa adalah beragamnya cara perayaan di berbagai wilayah India. Di utara, orang merayakan kembalinya Dewa Rama; di selatan, hari itu memperingati kemenangan Krishna atas iblis Narakasura; di barat, pedagang menutup tahun finansial dan memulai buku akuntansi baru; sementara di timur, Dewi Kali dipuja dengan pengorbanan dan ritual khusus.

Tidak Boleh Dilewatkan:

  • Ganga Aarti di Varanasi dengan ribuan diya mengapung di Sungai Gangga
  • Jaipur’s “Festival of Lights” dengan seluruh Pink City diterangi diya dan lampu elektrik
  • Golden Temple di Amritsar yang dihiasi lampu dan merayakan Bandi Chhor Divas
  • Dhanteras (dua hari sebelum Diwali) saat orang membeli emas dan perak untuk keberuntungan
  • Mencicipi mithai (makanan manis) yang hanya tersedia selama musim Diwali

Tips Khusus untuk Traveler Indonesia:

  • Bawa masker anti polusi—kualitas udara menurun drastis karena kembang api
  • Kenakan pakaian tradisional India untuk bergabung dengan semangat perayaan
  • Beli diya tanah liat untuk berpartisipasi dalam penerangan rumah
  • Terima undangan ke rumah keluarga lokal jika berkesempatan—Diwali adalah festival keluarga
  • Berhati-hatilah dengan petasan dan kembang api yang sering menyebabkan kecelakaan

13. Holi Festival, India

Eksplosi Warna dan Kebahagiaan Musim Semi

Lokasi: Seluruh India (terutama Mathura, Vrindavan, Barsana, Delhi, Jaipur)
Waktu Penyelenggaraan: Februari/Maret (hari bulan purnama Phalgun, menandai akhir musim dingin)
Sejarah Singkat: Berakar dari mitologi Hindu tentang Dewa Krishna yang suka mewarnai wajah kekasihnya, Radha, juga merayakan kemenangan Dewa Vishnu atas iblis Holika.

Jika ada satu festival India yang telah menjadi ikon global, itu adalah Holi—festival warna yang telah menginspirasi color run dan festival warna di seluruh dunia. Namun tidak ada yang bisa menyamai pengalaman autentik Holi di tanah kelahirannya, di mana selama satu hari penuh, semua pembatas sosial runtuh dan orang-orang dari segala usia dan kasta bersatu dalam kebahagiaan berwarna-warni.

Holi dimulai malam sebelumnya dengan Holika Dahan—pembakaran api unggun yang melambangkan kemenangan kebaikan. Keesokan paginya, mulailah Rangwali Holi ketika jalanan dipenuhi orang-orang melemparkan bubuk warna (gulal), menyemprotkan air berwarna, dan mengucapkan “Bura na mano, Holi hai!” (Jangan tersinggung, ini Holi!).

Di daerah Braj (Mathura, Vrindavan, dan Barsana)—tempat kelahiran Krishna—Holi dirayakan dengan tradisi unik seperti Lathmar Holi, di mana wanita dengan tongkat kayu “memukul” pria yang mencoba menyiram mereka dengan warna, sementara pria melindungi diri dengan perisai.

Setelah permainan warna, orang-orang mandi, berganti pakaian, dan mengunjungi teman serta keluarga untuk berbagi makanan khas Holi seperti gujiya (kue manis), thandai (minuman yang terkadang dicampur bhang/cannabis), dan pakora.

Yang membuat Holi begitu istimewa adalah semangat pembebasan dan kesetaraan—selama beberapa jam, perbedaan usia, jenis kelamin, kasta, kekayaan, dan status sosial dilupakan saat semua orang menjadi kanvas warna-warni yang sama.

Tidak Boleh Dilewatkan:

  • Barsana Lathmar Holi—versi Holi paling unik dan tradisional
  • Vrindavan Holi di Banke Bihari Temple dengan ribuan peziarah
  • Holi di Jaipur dengan gajah berhias dan prosesi kerajaan
  • Flower Holi di Vrindavan—versi yang lebih lembut dengan kelopak bunga daripada bubuk
  • Workshop pewarna alami untuk mempelajari pembuatan gulal tradisional dari bunga dan rempah

Tips Khusus untuk Traveler Indonesia:

  • Gunakan minyak kelapa di kulit dan rambut agar warna mudah dibersihkan
  • Kenakan pakaian bekas putih—warna akan menempel sangat lama
  • Gunakan kamera waterproof atau kantong kedap air untuk elektronik
  • Wanita sebaiknya berpartisipasi dalam kelompok dan di area yang dikenal aman
  • Pilih perayaan terorganisir untuk pengalaman yang lebih terkendali

14. Jember Fashion Carnaval, Indonesia

Runway Terpanjang di Dunia dengan Kreativitas Lokal

Lokasi: Jember, Jawa Timur, Indonesia
Waktu Penyelenggaraan: Agustus (biasanya minggu pertama)
Sejarah Singkat: Dimulai tahun 2003 oleh Dynand Fariz, seorang desainer lokal yang ingin mengangkat kreativitas daerah dan membuat karnaval berkelas dunia dari kota kecil di Jawa Timur.

Di tengah perkebunan tembakau di kota Jember yang relatif kecil, sebuah fenomena fashion global telah lahir. Jember Fashion Carnaval (JFC) adalah perpaduan unik antara parade jalanan dan peragaan busana haute couture, menciptakan “runway terpanjang di dunia” sepanjang 3,6 kilometer yang dihadiri ratusan ribu penonton.

Berbeda dengan karnaval lain yang berfokus pada tradisi kuno, JFC merayakan kreativitas kontemporer dengan kostum futuristik berukuran besar yang seringkali menggabungkan elemen budaya tradisional Indonesia dengan tren global. Setiap tahun, parade ini menampilkan hingga 10 tema berbeda—dari budaya daerah Indonesia hingga negara-negara dunia, dari fantasy hingga environmental awareness.

Yang membuat JFC begitu istimewa adalah bahwa sebagian besar peserta adalah penduduk lokal Jember—pelajar, mahasiswa, dan anggota masyarakat yang dilatih dalam “JFC Center” sepanjang tahun. Mereka tidak hanya belajar cara berjalan seperti model, tetapi juga merancang dan membuat kostum mereka sendiri dari bahan lokal dan daur ulang, menciptakan karya seni yang bisa bersaing dengan karnaval-karnaval terkenal seperti Rio atau Venesia.

JFC telah menjadi bukti bagaimana festival budaya dapat mentransformasi ekonomi dan citra sebuah kota. Dari kota tembakau yang jarang dikunjungi wisatawan, Jember kini dikenal sebagai destinasi wisata budaya yang menarik pengunjung dan media internasional setiap tahunnya.

Tidak Boleh Dilewatkan:

  • Grand Carnival Show—parade utama dengan semua defile kostum spektakuler
  • Kids Carnival—versi karnaval untuk anak-anak dengan kreativitas yang tak kalah menakjubkan
  • Workshop JFC yang membuka pintu bagi pengunjung untuk melihat proses pembuatan kostum
  • Artwear Exhibition yang menampilkan kostum-kostum terbaik dari tahun-tahun sebelumnya
  • Jember Night Festival dengan pertunjukan musik dan kuliner malam hari

Tips Khusus untuk Traveler Indonesia:

  • Pesan akomodasi 3-4 bulan sebelumnya karena hotel-hotel di Jember cepat penuh
  • Datang sehari sebelum Grand Carnival untuk melihat persiapan dan gladi bersih
  • Siapkan payung atau topi lebar—parade berlangsung di siang hari yang panas
  • Manfaatkan area VIP berbayar untuk foto yang lebih baik tanpa berdesakan
  • Kunjungi juga objek wisata sekitar Jember seperti Pantai Papuma dan Taman Nasional Meru Betiri

15. Taiwan Lantern Festival, Taiwan

Cahaya Harapan di Langit Formosa

Lokasi: Bergilir di berbagai kota di Taiwan
Waktu Penyelenggaraan: Hari ke-15 bulan pertama Lunar (biasanya Februari)
Sejarah Singkat: Berasal dari Dinasti Tang abad ke-7, festival ini menjadi acara nasional modern pada 1990 untuk mempromosikan budaya Taiwan.

Di malam hari ke-15 bulan pertama tahun baru Lunar, ribuan lampu merah menerangi langit Taiwan, membawa harapan dan doa naik ke langit. Taiwan Lantern Festival adalah perpaduan sempurna antara tradisi kuno dan inovasi modern—menggabungkan ritual spiritual dengan teknologi canggih untuk menciptakan salah satu festival cahaya paling spektakuler di Asia.

Festival ini memiliki dua dimensi berbeda. Di satu sisi, ada perayaan tradisional Yuanxiao di mana keluarga melepaskan lentera kertas kecil (tian deng) yang membawa harapan, doa, dan resolusi tahun baru mereka. Di sisi lain, ada festival nasional resmi yang diorganisir Tourism Bureau dengan instalasi lampu raksasa bertema, pertunjukan laser, dan parade lentera.

Pusat dari festival nasional adalah Tema Main Lantern—lampu raksasa yang dirancang berdasarkan zodiak tahun tersebut. Instalasi canggih dengan animatronik, LED, dan proyeksi 3D ini menjadi simbol kebanggaan teknologi Taiwan. Di sekitarnya, taman-taman berisi ratusan lentera berwarna-warni yang dirancang oleh masyarakat, sekolah, dan seniman.

Yang membuat Taiwan Lantern Festival begitu istimewa adalah bagaimana festival ini menjembatani tradisi dan modernitas—di mana keluarga masih menikmati makanan tradisional tang yuan (bola ketan dalam sup manis) sambil mengagumi inovasi teknologi lampu terbaru.

Tidak Boleh Dilewatkan:

  • Pelepasan massal sky lanterns di Pingxi—lokasi terpisah tetapi terkait dengan festival utama
  • Pertunjukan pembukaan dengan lampu utama dinyalakan oleh presiden Taiwan
  • Parade lentera dekoratif oleh komunitas lokal dan kelompok internasional
  • Festival Lentera Kecil untuk anak-anak dengan lentera buatan sendiri
  • Pertunjukan drone light yang semakin populer sebagai alternatif ramah lingkungan

Tips Khusus untuk Traveler Indonesia:

  • Periksa lokasi festival nasional setiap tahun karena berpindah-pindah kota
  • Gunakan MRT dan transportasi publik—area festival biasanya ditutup untuk kendaraan pribadi
  • Datang tepat saat matahari terbenam untuk foto indah transisi malam
  • Beli lentera kertas tradisional dan tulis harapan dalam bahasa Indonesia
  • Coba tang yuan dengan berbagai isian sebagai pengalaman kuliner autentik

Penutup: Merangkul Keberagaman Melalui Perayaan Budaya

Festival-festival yang telah kita jelajahi bukan sekadar acara pariwisata—mereka adalah jendela menuju jiwa kolektif budaya-budaya di seluruh dunia. Dari tarian samba yang penuh gairah di Rio hingga keheningan yang khidmat saat lampu-lampu Diwali dinyalakan, dari kemeriahan warna Holi hingga keanggunan topeng Venesia—setiap festival mengungkapkan nilai-nilai, harapan, dan identitas suatu masyarakat.

Bagi traveler Indonesia, mengunjungi festival-festival ini menawarkan kesempatan istimewa untuk:

  • Merasakan budaya secara mendalam: Berbeda dengan kunjungan museum atau landmark, festival budaya memungkinkan Anda mengalami tradisi saat sedang “hidup” dan berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal
  • Melihat sisi autentik suatu negara: Festival sering kali menghadirkan ekspresi budaya yang lebih otentik dan kurang dikomersialkan
  • Membangun jembatan pemahaman: Merayakan bersama orang-orang dari latar belakang berbeda menciptakan koneksi manusiawi yang melampaui perbedaan bahasa dan budaya
  • Memperkaya perspektif global: Setiap festival mengajarkan cara pandang berbeda tentang kehidupan, kematian, spiritualitas, dan kebahagiaan

Saat Anda merencanakan kunjungan ke salah satu dari festival-festival ini, ingatlah beberapa persiapan penting:

  • Riset mendalam: Pelajari konteks budaya dan sejarah festival untuk pengalaman yang lebih bermakna
  • Persiapan praktis: Pesan akomodasi jauh-jauh hari, periksa persyaratan visa, dan perhatikan kondisi cuaca
  • Siapkan fisik dan mental: Beberapa festival melibatkan kerumunan besar, cuaca ekstrem, atau aktivitas fisik intensif
  • Hormati tradisi lokal: Pelajari etiket dan perilaku yang diharapkan, terutama untuk festival religius
  • Dokumentasikan dengan hormat: Selalu minta izin sebelum memotret upacara atau orang-orang selama festival religius

Melihat dunia melalui lensa festival budayanya akan memberikan perspektif yang lebih kaya tentang kemanusiaan kita yang bersama—bagaimana kita semua, terlepas dari perbedaan geografis dan sejarah, menemukan kegembiraan dalam musik, tarian, makanan, warna, dan perayaan bersama.

Festival mana yang paling menarik minat Anda? Apakah keindahan artistik Carnival of Venice, kegilaan La Tomatina, atau mungkin kedamaian spiritual Diwali? Tidak peduli pilihan Anda, setiap festival menjanjikan tidak hanya perjalanan ke negara baru, tetapi juga perjalanan ke dalam budaya dan tradisi yang mungkin sangat berbeda dari milik kita sendiri. Dan bukankah itulah esensi sejati dari traveling?

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *